pacman, rainbows, and roller s
HomeBlogAbout me
Silahkan login untuk bisa menggunakan layanan di Forum secara maksimal.

Mantra Sukses : "Saya layak sukses..! Saya sangat mampu, karena memang seharusnya demikian..! Saya hidup dalam kelimpahan terus-menerus..! Saya kuat, saya percaya diri, saya tenang, saya bahagia, saya dicintai..!"

*Post reply · Invite friends · From end
* Gemmy KH. Hasyim
Asy'arie, Pendiri Nahdlatul Ulama (NU) -
Bagi
masyarakat Indonesia, tentu organisasi keagamaan
Nahdlatul Ulama sudah banyak yang mengetahuinya.
NU adalah organisasi Islam terbesar di Indonesia,
bahkan bukan saja di Indonesia, kabarnya Nahdlatul
Ulama juga merupakan organisasi Islam terbesar di
dunia. Fakta ini dikarenakan Nahdlatul Ulama memiliki
pengikut sangat besar di Indonesia dan di dunia.

Hal ini tidak bisa dilepaskan karena ideologi dan cara
pandang NU yang lebih bisa diterima di kalangan
masyarakat Islam baik di Indonesia maupun di Dunia.
Kembali kepada KH. Hasyim Asy'rie, lalu siapa KH.
Hasyim Asy'arie ini, apa hubungannya dengan Nahdlatul
Ulama. KH. Hasyim Asy'arie adalah pendiri dari
Nahdlatul Ulama, beliaulah yang menggagas pentingnya
mendirikan organisasi berbasis agama Islam yaitu NU.


Pendidikan KH. Hasyim Asy'ari
Sejak kecil, KH. Hasyim Asy'ari sudah mendapatkan
pendidikan Islam yang kuat dari orang tuanya. KH.
Hasyim Asy'ari dilahirkan dari pasangan ayah yang
bernama Kyai Asy'sari yang merupakan pimpinan dari
pesantren di Keras Jombang. Sedangkan Ibunya adalah
Halimah yang membawa trah keturunan Joko Tongkir
kepada Hasyim Asy'ari. Hasyim Asy'ari sendiri
merupakan keturunan Joko Tingkir (Sultan Pajang) ke
delapan.
Pendidikan Hasyim Asy'ari bisa dikatakan sejak kecil
sudah belajar agama Islam kepada ayahnya sendiri.
Dalam pendidikan agama Islam yang ia dapat, terutama
terkait dasar-dasar agama, KH. Hasyim Asy'ari tidak saja
mendapatkan ilmu dari ayahnya, namun juga
mendapatkannya dari kakeknya yaitu Kyai Utsman.Baru
kemudian menginjak usia 15 tahun Hasyim Asy'ari
meninggalkan kedua orang tuanya untuk nyantri di
pondok Pesantren Wonokoyo, Probolinggo. Kemudian
petualangan beliau dilanjutkan ke Pondok Pesantren
Trenggilis, Semarang. Setelah itu kemudian dilanjutkan
ke Pesantren Kademangan, Bangkalan di bawah
bimbingan Syaikh Kholil Bangkalan.
Petualangan pencarian ilmu agama Hasyim Asy'ari tidak
berhenti sampai di situ saja. Perjalanan nyantri Hasyim
Asy'ari di tanah Jawa sangat panjang, seperti di
Pesantren Wonokoyo di Probolinggo, Pesantren
Langitan di Tuban, Pesantren Trenggilis di Semarang dan
di Pesantren Siwalan di Sidoarjo. Di bawah asuhan Kyai
Ya'qub di Sidoarjo inilah nampaknya Hasyim Asy'arie
muda menemukan kecocokan dalam menempuh
pendidikan Agama Islam. Dan ternyata bukan saja
Hasyim Asy'arie yang merasa nyaman belajar agama di
Sidoarjo, namun ternyata gurunya yaitu Kyai Ya'qub
juga sangat tertarik dengan sosok muda yang cerdas ini.
Pada saat nyantri di Sidoarjo ini ternyata KH. Hasyim
Asy'arie tidak saja mendapatkan ilmu agama, namun
beliau juga memperoleh istri. Hal ini karena pada usia
21 tahun KH. Hasyim Asy'arie dinikahkan dengan salah
seorang putri Kyainya yang bernama Chadijah. Setelah
menikah, lalau KH. Hasyim Asy'arie kemudian pergi ke
Mekkah bersama istri untuk menunaikan ibadah haji.
Tujuh bulan kemudian beliau kembali ke tanah air
setelah istri dan anaknya meninggal dunia.
Tak lama di tanah air, Hasyim Asy'arie kemudian
memutuskan untuk kembali ke Mekkah dan menetap di
sana selama kurang lebih tujuh tahun. Di Mekkah beliau
banyak berguru ke ulama-ulama besar baik dari Mekkah
sendiri maupun ulama Indonesia yang menetap di
Mekkah. Beberapa guru KH. Hasyim Asy'ari diantaranya
adalah Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau, Syaikh
Mahfudh At Tarmisi, Syaikh Ahmad Amin Al Aththar,
Syaikh Ibrahim Arab, Syaikh Said Yamani, Syaikh
Rahmaullah, Syaikh Sholeh Bafadlal, Sayyid Abbas Maliki,
Sayyid Alwi bin Ahmad As Saqqaf, dan Sayyid Husein Al
Habsyi.
Sepulang dari Mekkah, KH. Hasyim Asy'ari kemudian
mulai mengajar di pesantren. Beliau mengajar di
pesantren kakeknya yaitu Kyai Usman. Kemudian pada
tahun 1899 Kyai Hasyim kemudian membeli sebidang
tanag di Dukuh Tebuireng. Di sebidang tanah tersebut
kemudian Kyai Hasyim mendirikan sebuah bangunan
berupa bambu atau dalam bahasa Jawa tratak namanya.
Bangunan tersebut digunakan sebagai tempat tinggal, di
tratak bagian depan, digunakan KH. Hasyim Asy'ari
untuk mengajar dan untuk sholat berjamaah.
Sedangkan tratak bagian belakang digunakan sebagai
tempat tinggal beliau. Pada awalnya, santri beliau hanya
berjumlah 8 orang, selang tiga bulan kemudian
bertambah menjadi 28 orang.
Setelah mengembangkan pesantren dan mengajarkan
agama Islam di Tebuireng selama dua tahun, kembali
KH. Hasyim Asy'arie kehilangan istri tercintanya Nyai
Khodijah. Sepeninggalh Chodijah, KH. Hasyim Asy'ari
kemudian menikah kembali dengan Nyai Nafiqoh yang
merupakan putri dari Kyai Ilyas, pengasuh Pondok
Pesantren Sewulan Madiun. Dari pernikahan dengan
Nyai Nafiqoh ini, Kyai Hasyim dikaruniai beberapa anak
yaitu 1) Hannah, (2) Khoiriyah, (3) Aisyah, (4) Azzah, (5)
Abdul Wahid, (6) Abdul Hakim (Abdul Kholik), (7) Abdul
Karim, (8) Ubaidillah, (9) Mashuroh, (10) Muhammad
Yusuf.
Kyai Hasyim Asy'ari merupakan Kyai yang sangat
cemerlang dalam keilmuan Islam. Kailmuan beliau yang
paling terkenal adalah kemampuannya dalam bidang
ilmu hadith. Bahkan setiap bulan Ramadhan beliau selalu
menghatamkan kajian Hadith Bukhari Muslim. Dan, yang
luar biasa adalah, bahwa murid beliau bukan saja dari
kalangan orang biasa. Bahkan guru beliau sendiri yaitu
Syaikh Kholil Bangkalan juga berguru kepada beliau.
Syaikh Kholil Bangkalan mengakui keilmuan KH. Hasim
Asy'arie dan kemudian beliau memutuskan untuk
mengaji kepada muridnya tersebut. Padahal KH. Hasyim
Asy'arie sendiri tidak bersedia menjadi guru dari Syaih
Kholil, karena beliau merasa murid dan akan selamanya
menjadi murid dari Syaikh Kholil Bangkalan.


Hubungan KH. Hasyim Asy'ari Dengan
KH. Ahmad Dahlan Pendiri
Muhammadiyah
Selama ini, NU dan Muhammadiyah seperti kita ketahui
bersama selalu berbeda pandangan terkait berbagai
masalah dalam Islam. Pimpinan-pimpinan kedua
organisasi Islam tersebut terlihat cenderung saling
berlawanan dalam segi pemikiran. Namun sebenarnya
pada dasarnya kedua organisasi Islam terbesar di
Indonesia tersebut memiliki hubungan yang sangat erat.
Hal ini karena para pendiri dari masing-masing
organisasi tersebut adalah satu Guru. Ya, KH. Hasyim
Asy'ari dan KH. Ahmad Dahlan adalah sama-sama murid
dari Syaikh Ahmad Khatib Al Minangkabau.
Perlu dipahami bahwa ketika beliau berdua nyantri di
Mekkah terjadi pembaharuan yang luar biasa dari
Muhammad Abduh dengan pemikirannya. Tentu
pemikran baru ini juga menarik bagi para pelajar dari
Indonesia termasuk juga KH. Hasyim Asy'ari dan juga
KH. Ahmad Dahlan. Sebenarnya guru beliau juga tidak
sama sekali menolak cara pandang dari Muhammad
Abduh, namun juga tidak menerima nya secara
keseluruhan. Nah, dari sini kemudian ada beberapa
santri dari Indonesia yang membawa ideologi dari
Muhammad Abduh ke Indonesia dengan
pembaharuannya yang salah satunya adalah KH. Ahmad
Dahlan yang kemudian mendirikan Muhammadiyah.
KH. Hasyim Asy'ari sendiri sebenarnya ada yang
menyebutkan setuju dengan beberapa pandangan
pembaharuan dari Muhammad Abduh. Namun beliau
tidak setuju jika harus meninggalkan madzhab dalam
beragama Islam. Karena beliau berpandangan bahwa
tidak mungkin akan bisa memahami Hadith dan Al-
Qur'an tanpa mempelajari pandangan dari ulama-ulama
besar terdahulu yang tergabung dalam Ulama Madzhab.
Karena melakukan penafsiran terhadap baik Hadith
ataupun Al-Qur'an tanpa mempelajari pandangan ulama
terdahulu, hanya akan membawa kita kepada pemutar
balikkan fakta, begitu pandangannya.
2017-01-22 19:53
*
* aprofil+biodata+kh.+hasyim+asy'arie.jpg · image/jpeg · 71.22KB
· Reply · (0)

Online: Guests: 1